Sudah 4 dasawarsa alias 40 tahun, Trade Expo Indonesia (TEI) telah lama menjadi mercusuar bagi usaha ekspor nasional Indonesia. Mendapuk dirinya sebag...
Sudah 4 dasawarsa alias 40 tahun, Trade Expo Indonesia (TEI) telah lama menjadi mercusuar bagi usaha ekspor nasional Indonesia. Mendapuk dirinya sebagai pameran perdagangan internasional terkemuka di Indonesia, TEI diinisiasi oleh Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (Kemendag RI) dengan tujuan besar melakukan konektivitas antara pengusaha dan eksportir lokal dengan pembeli internasional. Memfasilitasi transaksi bisnis antar perusahaan (B2B) menjadi tujuan akhir TEI sehingga tidak hanya menciptakan kesepakatan dagang secara instan, tetapi juga mengembangkan jaringan jangka panjang. Selain itu, TEI dalam blue print yang diusungnya juga memiliki peran penting dalam meningkatkan daya saing produk lokal di pasar global, di mana Indonesia sering bersaing dengan raksasa manufaktur seperti China dan Vietnam. Dalam edisi ke-40 tahun ini, TEI diharapkan dapat lebih menguatkan narasi "Indonesia Emas 2045" melalui peningkatan ekspor non-migas serta diversifikasi produk. Dalam periode pasca-pandemi, di mana jaringan pasokan global semakin lemah, TEI berfungsi sebagai pendorong pemulihan ekonomi. Event TEI tidak hanya menyuguhkan ribuan produk unggulan Indonesia--mulai dari komoditas utama seperti minyak sawit dan batubara hingga barang-barang manufaktur bernilai tambah seperti tekstil dan elektronik--tetapi juga menyediakan forum untuk membahas tren perdagangan terbaru, seperti keberlanjutan dan digitalisasi. Dengan keterlibatan lebih dari 100 negara setiap tahunnya, TEI telah menunjukkan diri sebagai penghubung antara potensi lokal dan kesempatan internasional. Data terbaru menunjukkan bahwa TEI telah memberikan kontribusi besar terhadap target ekspor nasional, yang pada 2024 mencapai USD 259 miliar secara keseluruhan, meningkat 8,4% dibandingkan tahun lalu. Tulisan kali ini akan merefleksikan 40 tahun perjalanan panjang REI sebagai salah satu ikhtiar dan lonceng besar bagi usaha ekspor nasional Indonesia. Romantisme Kelahiran TEI: Dari Lokal ke Global TEI lahir kali pertama pada 1985 sebagai langkah Kementerian Perdagangan untuk memasarkan produk ekspor Indonesia saat krisis ekonomi setelah harga minyak. TEI dahulu dikenal sebagai Pameran Dagang Nasional, acara ini berubah menjadi platform internasional pada 1990-an, seiring dengan liberalisasi perdagangan setelah Indonesia bergabung dengan World Trade Organization (WTO). Selama lebih dari tiga puluh tahun, TEI diselenggarakan setiap bulan Oktober, menjadikannya jadwal tetap dalam kalender perdagangan Asia Tenggara. Tempat acara berpindah dari JIExpo Kemayoran di Jakarta ke Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang, mulai 2017, yang memungkinkan penyelenggaraan lebih besar dengan fasilitas modern seluas 120.000 meter persegi. Evolusi dan transformasi yang dilakukan TEI sejatinya mencerminkan perubahan ekonomi Indonesia. Di tahun 2000-an, perhatian utama terletak pada komoditas seperti kopi dan karet, yang memberikan kontribusi 60% transaksi. Saat ini, dengan dorongan menuju ekonomi hijau, TEI menekankan produk yang berkelanjutan seperti makanan halal dan energi yang terbarukan. Dampak sejarahnya jelas: sejak didirikan, TEI telah mendukung transaksi kumulatif yang melebihi USD 500 miliar, memberdayakan ribuan UMKM untuk menjadi eksportir internasional. Sebuah penelitian oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap bahwa peserta TEI mencatat lonjakan ekspor rata-rata 25% dalam dua tahun setelah acara, membuktikan fungsi TEI sebagai inkubator bisnis. Kaledioskop TEI 2024: Pengunjung Melonjak, Transaksi Merangkak Dalam perjalanannya, edisi TEI ke-39 pada 23-27 Oktober 2024 bertempat di ICE BSD City sukses mencatat prestasi luar biasa yang melampaui ekspektasi. Acara ini menarik 41.488 pengunjung dari 140 negara, naik 6% dari edisi sebelumnya, dengan dominasi pembeli dari Asia (45%), Eropa (25%), dan Amerika (15%). Total transaksi mencapai USD 22,73 miliar, didorong oleh sektor unggulan seperti pertambangan (batu bara USD 13 miliar atau 57% dari total), kimia dan organik (USD 2,92 miliar), serta agroindustri (USD 2,5 miliar). Khusus untuk produk halal, transaksi melonjak 30% menjadi USD 1,8 miliar, sejalan dengan pertumbuhan pasar global halal yang diproyeksikan mencapai USD 3 triliun pada 2028 oleh State of the Global Islamic Economy Report. Partisipasi 1.200 exhibitor dari 30 provinsi Indonesia menampilkan lebih dari 5.000 jenis produk, dengan highlight pada paviliun digital yang memamerkan e-commerce lintas batas. Kementerian Perdagangan melaporkan bahwa 70% transaksi berasal dari business matching yang difasilitasi melalui aplikasi TEI Connect, inovasi digital yang meningkatkan efisiensi pertemuan hingga 40%. Selain itu, forum investasi menghasilkan komitmen USD5 miliar untuk proyek infrastruktur, termasuk pabrik pengolahan kelapa sawit berkelanjutan di Sumatra. Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan pemerintah, termasuk insentif pajak ekspor untuk UMKM, yang membuat TEI 2024 menjadi tonggak pemulihan pasca-inflasi global. Dari perspektif regional, provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur mendominasi dengan kontribusi 40% exhibitor, sementara Papua dan Maluku menonjol di sektor perikanan dengan ekspor tuna kaleng senilai USD 500 juta. Pengunjung internasional memuji keragaman produk, dengan survei pasca-acara menunjukkan 85% berniat kembali. Namun, tantangan seperti logistik dan sertifikasi halal tetap menjadi isu, yang akan diatasi melalui workshop di edisi mendatang. TEI 2025: Proyeksi Target dan Ramah Inovasi Baru Memasuki edisi ke-40, TEI 2025 dijadwalkan pada 15-19 Oktober di ICE BSD City, dengan tema "Discover Indonesia's Excellence: Trade Beyond Boundaries". Kementerian Perdagangan menargetkan transaksi USD16,5 miliar--meski lebih rendah dari 2024 karena fluktuasi komoditas--dengan partisipasi minimal 1.500 exhibitor dan 5.000 buyer dari 150 negara. Peningkatan ini didukung oleh kampanye global, termasuk undangan khusus ke India untuk memperkuat kerjasama di sektor farmasi dan tekstil. Inovasi utama tahun ini adalah integrasi AI untuk matchmaking, yang diprediksi mengurangi waktu negosiasi hingga 50%. Fasilitas buyer ditingkatkan dengan business matching, shuttle bus gratis, dan lounge VIP, sebagaimana diumumkan Kementerian Perdagangan. Selain itu, paviliun khusus untuk ekonomi hijau akan menampilkan produk ramah lingkungan seperti biofuel dari limbah sawit, sejalan dengan komitmen Indonesia di COP29. Kolaborasi dengan platform seperti Alibaba dan Amazon akan memfasilitasi akses pasar digital, menargetkan 20% transaksi melalui e-commerce. Pendaftaran exhibitor telah dibuka sejak Maret 2025, dengan prioritas untuk UMKM yang terdaftar di Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas). Acara pendahuluan seperti CEO Gathering pada Agustus 2025 di Four Seasons Jakarta telah menghasilkan MoU awal senilai USD 2 miliar. Dengan dukungan anggaran Rp50 miliar dari APBN, TEI 2025 diharapkan menjadi platform untuk negosiasi FTA baru dengan Uni Eropa dan Afrika. Secara keseluruhan, TEI telah berkontribusi 15% terhadap target ekspor tahunan Indonesia, menciptakan 100.000 lapangan kerja langsung dan tidak langsung setiap edisi. Studi dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa setiap USD 1 juta transaksi TEI menghasilkan multiplier effect Rp 15 juta di rantai pasok domestik. Sektor unggulan seperti makanan-minuman (20% transaksi) dan fashion (15%) terus berkembang, dengan ekspor kopi dan kakao naik 12% pasca-TEI 2024. Namun, untuk maksimalkan dampak, diperlukan reformasi seperti simplifikasi regulasi ekspor dan pelatihan digital bagi eksportir. Di tengah gejolak geopolitik, TEI juga mempromosikan diversifikasi pasar ke Timur Tengah dan Afrika, mengurangi ketergantungan pada China (30% ekspor saat ini). Pada akhirnya TEI bukan sekadar pameran, melainkan ekosistem yang membentuk masa depan perdagangan nasional. Dengan rekam jejak transaksi miliaran dolar dan jaringan global yang kuat, TEI terus membuktikan komitmen Indonesia sebagai pemain utama di arena internasional. Menuju edisi ke-40, acara ini diharapkan tidak hanya mencetak angka, tetapi juga membangun legacy berkelanjutan. Bagi pengusaha Indonesia, TEI adalah pintu gerbang menuju dunia--dan dunia, pintu gerbang menuju potensi tak terbatas Indonesia. (Wahyono Sukoharyo) Sumber Tulisan Badan Pusat Statistik. (2024). Laporan Ekspor Nasional Indonesia 2024. Jakarta: BPS. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2024). Laporan Resmi Trade Expo Indonesia 2024. Jakarta: Kementerian Perdagangan. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2025). Rencana Strategis TEI 2025. Tersedia di: https://www.kemendag.go.id/id/program/tei-2025. State of the Global Islamic Economy Report. (2024). Global Halal Market Outlook 2024- 2028. Dubai: DinarStandard. Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. (2023). Analisis Dampak Ekonomi Trade Expo Indonesia terhadap Ekspor UMKM. Jakarta: UI Press. Trade Expo Indonesia. (2024). Post-Event Survey Report TEI 2024. Tersedia di: https://www.tradexpoindonesia.com/survey-2024. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. (2025). Press Release: CEO Gathering TEI 2025. Jakarta: Kementerian Perdagangan