Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Menurut data Kementerian Koperasi dan UKM, lebih dari 64 juta UMKM menyumbang sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 97% tenaga kerja (KemenkopUKM, 2023). Namun, kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional masih relatif rendah, yaitu sekitar 15%. Tantangan terbesar terletak pada keterbatasan akses pasar global, kualitas produk, dan pemanfaatan teknologi digital. Dalam konteks ini, Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 hadir sebagai platform strategis yang dapat mengakselerasi transformasi UMKM dari skala lokal ke global. TEI bukan hanya sekadar ajang promosi dagang, melainkan juga ruang interaksi antara pelaku usaha dengan investor, buyer internasional, serta pemangku kepentingan strategis. TEI sebagai Jembatan Ekspor UMKM TEI 2025 membawa semangat "Indonesian Sustainability for Global Prosperity" yang menekankan pentingnya produk berkelanjutan dan ramah lingkungan. Melalui pameran ini, UMKM tidak hanya ditampilkan sebagai pemain domestik, tetapi juga diposisikan sebagai bagian dari rantai pasok global. Produk-produk unggulan seperti furnitur berbasis kayu legal, kopi spesialti, produk halal, hingga fesyen modest wear dipamerkan dalam TEI untuk menjangkau konsumen internasional. Bahkan, produk turunan kelapa sawit berkelanjutan dan perikanan yang sudah memenuhi standar internasional akan menjadi sorotan utama. TEI memberikan peluang besar bagi UMKM untuk bertransformasi dari sekadar produsen lokal menjadi eksportir global. Kehadiran buyer dari berbagai negara membuka akses pasar baru yang sebelumnya sulit dijangkau UMKM karena keterbatasan jejaring internasional. Digitalisasi dan Akses Pasar Global Digitalisasi menjadi faktor kunci yang mendorong UMKM naik kelas. TEI kini tidak hanya mengandalkan pameran fisik, tetapi juga memanfaatkan platform digital untuk memperluas jangkauan. Melalui sistem e-catalogue dan pertemuan bisnis virtual, UMKM dapat memperkenalkan produknya kepada calon pembeli di luar negeri tanpa batas geografis. Hal ini selaras dengan tren global di mana perdagangan internasional semakin bergantung pada teknologi digital. UMKM yang mampu memanfaatkan teknologi akan lebih mudah menembus pasar internasional karena efisiensi biaya, peningkatan visibilitas, dan kecepatan transaksi. Sinergi dengan Kebijakan Perdagangan Internasional Transformasi UMKM melalui TEI juga tidak bisa dilepaskan dari kebijakan perdagangan internasional yang sedang dijalankan pemerintah. Penandatanganan berbagai perjanjian perdagangan bebas, seperti Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA), membuka peluang besar bagi UMKM untuk memperluas ekspor ke negara-negara mitra. Sinergi antara TEI 2025 dan perjanjian internasional ini menciptakan ekosistem perdagangan yang lebih inklusif. UMKM bukan hanya menjadi pelengkap, tetapi aktor utama dalam meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Kesimpulan TEI 2025 memiliki peran strategis dalam mentransformasi UMKM Indonesia dari lokal menuju global. Melalui pameran internasional, pemanfaatan digitalisasi, dan sinergi dengan kebijakan perdagangan bebas, UMKM memiliki kesempatan lebih besar untuk menjadi pemain global. Tantangan ke depan adalah memastikan kualitas produk, konsistensi pasokan, serta kepatuhan terhadap standar internasional. Jika hal ini dapat dicapai, maka UMKM akan menjadi motor penggerak utama yang membawa Indonesia lebih kokoh dalam percaturan perdagangan dunia.